12/05/2009

Agama adalah Nasihat (Arbain an-Nawawi: 7)

Pendahuluan

Cukuplah seseorang dikatakan mulia bila ia melakukan apa yang telah dilakukan oleh makhluk yang paling mulia yaitu para nabi dan rosul (dalam hal menyebarkan nasihat) apalagi bila diketahui bahwa nasihat adalah amalan yang paling mulia, seperti pernyataan Imam Abdullah ibnul Mubarak saat ditanya amalan apakah yang paling afdhol, beliau menjawab, “Nasehat karena Allah.” Dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Ruqoyah Tamim bin Aus Ad Daary, Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rosulullah?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, kitabNya, dan rosulNya, dan bagi para pemimpin Islam, dan bagi muslimin umumnya.” Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung dimana memberikan nash bahwa tiang agama dan pondasinya adalah nasehat. Dengan keberadaannya maka agama pun akan tetap tegak di tengah-tengah kaum muslimin, sebaliknya dengan lenyapnya nasehat maka akan terjadilah kepincangan di tengah-tengah mereka dalam seluruh aspek kehidupannya.

Di dalam makalah ini akan di bahas hadis ke tujuh dalam kitab arbain an nawawi, cakupan dalam hadis tersebut adalah nasihat. Garis besar dalam pembahasan ini adalah pengertian nasihat, kewajiban melaksanakan nasihat, dan juga sedikit disingung tentang sanadnya.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembiming bapak KH. Syarif Rahmat SQ, MA, sahabat-sahabat yang telah membantu, dan tidak lupa kami harapkan saran dan kritinya yang membangun. Semoga kita termasuk orang-orang yang terus berfikir.

Pembahasan Hadis ke 7

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda :Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya (Riwayat Bukhori dan Muslim)[1].

Jalur periwayat hadis tersebut banyak sekali, di antaranya dalah melalui at-Tirmidzi dengan penulisan matan yang berbeda, dan melalui Imam Muslim dari riwayat Sahil bin Abi Shalih, dari Atha bin Yazid, dari Tamim ad-Dari, dan telah diriwayatkan dari Suhail dan yang lainnya dari Abi Shalih dari Abu Hurairah dan berakhir di Rasulullah saw. Hadis tersebut terbilang shahih karena tidak ada syadz di dalamnya.

Hadis tersebut juga tercatat dalam beberapa kitab, Imam al Bukhari dalam kitab Shahihnya (bab 33 hadis 95), Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya (nomor hadis 1926), Imam an-Nasa’i (bab 7 hadis ke 157), Imam Ahmad dalam Musnadnya (bab 2 hadis ke 297), Imam ad-Daramy dalam Sunannya (bab 2 hadis ke 311), Imam Syafi’i dalam Musnadnya (233), Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul baari dengan syarah Shahih Imam al Bukhari (bab 1 hadis ke 137) dan yang lainnya[2].

Pengertian Nasihat


Menurut al Khattabi nasihat adalah kata yang ringkas tapi padat, yang maknanya memberikan bagian kepada orang yang dinasihatinya [3]. Raghib al Ashfahani mengungkapkan asal kata nasihat terambil dari kata nashaha,[4] terdapat beberapa pengertian pada lafadz tersebut, diataranya adalah [5] :

1. Nasihat berupa pekerjaan, atau ucapan untuk kebaikan sahabatnya

Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku Sesungguhnya Aku Telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan Aku Telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat". (QS. al-Araf: 79)

Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (QS. Al-A’raf:21)


2. Nasihat yang berupa Amanah

Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu". (QS. Al-A’raf: 68)

3. Nasihat yang bermakna murni, bersih, suci


Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)... (QS. At Tahrim: 8)

4. Nasihat yang bermakna ikhlas,

Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS. At-Taubah: 91).


Penjelasan Hadis ke 7

Nasihat ialah melakukan sejumlah kebaikan menjadi keberuntungan pihak yang dinasihati. Ibnu Hajar mengatakan hadis nasihat ini termasuk hadis-hadis yang disebut seperempat agama, dan diatara imam yang memberikan penilaian tentang hadis ini ialah Imam Muhammad bin Aslam ath-Thusi. Dalam riwayat Abi Daud Rasulullah saw. mengulangi kata addin an nasihat sebanyak tiga kali dan diawali lafadz Inna, dengan redaksi hadis sebagai berikut:

وفي رواية أبي داود قال : قال رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- : «إِنَّ الدين النصيحة ، إِن الدين النصيحة ، إن الدين النصيحة. قالوا : لِمَنْ يا رسول الله ؟ قال : لله عز وجل، ولكتابه، ولرسوله ، وأئمة المؤمنين وعامَّتهم ، وأئمة المسلمين وعامَّتهم


Rasulullah saw. mengulang-ulang kalimat ini karena memperhtikan kedudukannya, dan menunjukkan kepada umat agar tahu dengan sebenarnya bahwa agama seluruhnya baik dzahir maupun batin terangkum dalam nasihat. Yaitu melakukan dengan sempurna akan lima hak yang terkandung dalam hadis tersebut. [6]

1. Nasihat Bagi Allah

Nasihat bagi Allah maknanya beriman kepadaNya dengan benar dan beriman kepada seluruh apa yang terdapat dalam Kitab dan Sunnah dari nama-namaNya yang husna dan sifat-sifatNya yang tinggi dengan keimanan yang benar tanpa menyerupakanNya dengan yang lain, tanpa meniadakan dan tanpa merubah-rubah maknanya. MengesakanNya dalam hal ibadah dan meniadakan kesyirikan, melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, mencintai apa yang dicintaiNya dan membenci apa yang dibenciNya. Memberikan loyalitas kepada hamba-hambaNya yang beriman dan berlepas diri dari musuh-musuhNya serta melawan orang-orang yang kafir terhadapNya. Menerima dan mengakui segala nikmat-nikmatNya dan mensyukurinya serta mengikhlaskan untukNya dalam segala perkara.

2. Nasihat Bagi Kitab Allah

Nasehat bagi kitabNya adalah beriman bahwa ia sebagai kalamullah yang diturunkan dariNya dan bukan makhluk, tidak akan dapat didatangi oleh kebatilan dari arah manapun, depannya maupun belakangnya. Meskipun seluruh jin dan manusia bersekutu untuk mendatangkan yang semisalnya niscaya tidak akan dapat menyerupainya. Allah berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur`an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqoroh: 23-24). “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS Al Israa`: 88).

Berkata Imam At Thohawi rohimahullah, “Sesungguhnya Al Qur`an adalah kalam Allah, barangsiapa yang mendengarnya lalu mengiranya sebagai kalam (perkataan) manusia, maka ia telah kufur dan sungguh Allah telah mencelanya dan mengancamnya dengan neraka Saqar. Allah berfirman, “Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.” (QS Al Mudatstsir: 26). Ketika Allah mengancam dengan neraka Saqar bagi orang yang mengatakan, “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (QS Al Mudatstsir: 25), maka kita ketahui dan yakini bahwa Al Qur`an adalah kalam pencipta manusia, tidak serupa dengan perkataan manusia.” Termasuk nasehat bagi kitabNya adalah membacanya dengan benar dan khusyu’ serta mengajarkannya. Allah berfirman, “Dan bacalah Al Qur`an itu dengan perlahan-lahan.” (QS Al Muzzammil: 4). Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori).

3. Nasihat Bagi Rasul

Nasehat bagi RosulNya adalah membenarkan risalahnya, beriman kepada seluruh apa yang dibawanya, mentaati perintah-perintahnya dan larangan-larangannya, membelanya pada saat hidupnya dan setelah meninggalnya, membenci orang-orang yang membencinya dan mencintai orang-orang yang mencintainya, mengagungkan haknya dan memuliakannya, menghidupkan jalannya dan sunnah-sunnahnya, mengumandangkan dakwahnya dan menyebarkannya, menepis segala tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepadanya, berkhidmat terhadap ilmunya dan memahami makna-maknanya, menyeru kepadanya dan mengagungkannya, menahan diri dari membicarakannya tanpa ilmu, berakhlak dengan akhlaknya yang mulia dan beradab dengan adabnya, mencintai ahli baitnya dan para sahabat-sahabatnya, menjauhi orang-orang yang mengadakan hal yang baru dalam sunnah-sunnahnya atau mencela sebagian dari kalangan sahabatnya. Berkata Imam Al Qurthubi, “Nasehat bagi rosulNya adalah membenarkan nubuwahnya, komitmen dalam ketaatannya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, mencintai orang yang mencintainya dan membenci orang yang membencinya, menghormatinya, mencintainya dan mencintai ahli baitnya, mengagungkannya dan mengagungkan sunnah-sunnahnya, menghidupkan sunnahnya setelah meninggalnya dengan mencarinya dan mempelajarinya, membelanya dan menyebarkannya, serta berakhlak dengan akhlak yang mulia.”

4. Nasihat bagi Para Pemimpin (Islam)

Pemerintah atau pemimpin merupakan pemegang peran utama dalam menentukan maju tidaknya suatu umat atau bangsa. Nasihat bagi pemerintah ini bukan berarti mengimani secara utuh seperti kita beriman kepada Allah dan Rasulnya, akan terapi memberikan masukan yang dapat membangun kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia sendiri sebagai negara penganut demokrasi telah mengalami kemajuan dalam mengkritisi terhadap sistem yang diterapkan pemerintah, setelah sekian lama dikuasai oleh sistem kepemimpinan otoriter yang serba tertutup.

Akan tetapi kita juga jangan menapikan kerja keras pemimpin dalam hal ini pemerintah yang terus berusaha memberikan yang terbaik terhadap rakyatnya. Dan di antara termasuk dalam nasihat dalam hal ini adalah menaati mereka dalam kebenaran, memberi tahu atau mengingatinya akan hak-hak warga negara, dan tidak melakukan pemberontakan terhadap pemeritahan yang jujur dan adil. Rasulullah bersabda:[7]

عن جبير بن مطعم رضي الله عنه انّ النبي ص.م. قال فى خطبته بالخبف مِن مِنّى. "ثلاث لا يغل عليهنّ قلب امرئ مسلم: إخلاص العمل لله, ومناصحة ولاة الأمر, ولزوم جماعة المسلمين"

5. Nasihat Bagi Umat Muslim Secara Umum

Berkata Imam Nawawi rohimahullah, “(Nasihat bagi muslimin) yaitu dengan mengarahkan mereka kepada apa yang membuatnya maslahat baik untuk akhiratnya ataupun untuk dunianya serta menahan diri dari menyakiti mereka, mengajari apa yang mereka tidak ketahui dari perkara agamanya, membantu mereka dengan ucapan ataupun perbuatan, memerintah mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar dengan lemah lembut dan penuh keikhlasan, menyembunyikan aibnya dan menutupi kelemahannya, menolak kemudharatan dari mereka dan mendatangkan kemaslahatan untuk mereka, menghormati yang besarnya dan menyayangi yang kecilnya, memberikan pengajaran yang baik dan meninggalkan dari berbuat curang dan dengki kepada mereka, mencintai kebaikan untuk mereka dan membenci kejelekan pada mereka serta membela harta-hartanya dan kehormatannya, mendorong mereka untuk berakhlak dengan apa yang telah disebutkan dari nasehat dan menumbuhkan kesemangatannya agar senantiasa taat.”
Rasulullah bersabda:[8]

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "حق المؤمن على المؤمن ست" . قيل: وما هن يا رسول الله؟ قال: " إذا لقيته فسلم عليه، وإذا دعاك فأجبه، وإذا استنصحك فانصح له وإذا عطس فحمد الله فشمته، وإذا مرض فعده، وإذا مات فاتبعه"

Dalam hadis lain disebutkan:[9]

عن حكيم ابن يزيد عن ابيه عن النبي ص.م. قال:"اذا استصح احدكم اخاه فلينصح له. "


Kesimpulan

Demikianlah memang nasehat merupakan bagian penting dalam agama dan kehidupan kita, bahkan nasehat adalah salah satu di antara kelebihan-kelebihan yang membedakan kita dengan umat-umat lainnya dimana Allah telah lebihkan kita menjadi umat pilihannya. Allah berfirman, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rosulnya (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS Al Baqoroh: 143).
Dari pemaparan makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Agama dirangkum dalam nasihat, berdasarkan hadis addinu an nasihat
2. Hadis yang menjelaskan tentang nasihat ini termasuk ke dalam seperempat agama.
3. Rasulullah menafsirkan nasihat dengan lima perkara ini yang mencakup: melaksanakn hak-hak Allah, hak-hak Kitabnya, hak-hak Rasulnya, hak-hak terhadap para pemimpin, dan hak-hak semua kaum muslimin dengan berbagai ihwal dan tingkatan mereka.


Wallahu a’lam bish-shawab.

End Noot

1. Imam an Nawawi, hadis arbain nawawi.
2. Ibn Rajab al-Hanbali, Jami’ Ulum wal Hikam. (Daar el Fikri: Bairut. 2002) hal 86
3. Sayyi bin Ibrahim al Huwaiti. Syarh Arbain an-Nawawi. (Daarul Haq: Jakarta, 2006) hal. 98
4. Raghib al-Ashfahani. Mufradat fi Gharibil Qur’an. (Daar el Miftah: Libanon) hal 494
5. Raghib al-Ashfahani. Mu’jam Mufahras Lima’anil Qur’an. (Daar el Fikri: Syuriah, 1416) Jilid 2, hal. 1222
6. Mujiddin Abu Saadah al-Mubarak. Jamiil Ushul fi Ahadisi Rasul. Maktabah Daar al Bayan, Juz 1 hal. 557
7. Ibn Rajab al-Hanbali, Jami’ Ulum wal Hikam. (Daar el Fikri: Bairut. 2002) hal 87
8. Dirwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, dalam kitabu as-salam, bab Hak Muslim Terhadap Muslim Menjawab Salam.
9. Disebutkan al-Bukhari secara muallaq dalam shahihnya dengan lafadz yang tegas. Al Fath, 4/371, dan disebutkan secara bersambung oleh Ahmad, 4/259.

Daftar Pustaka

An-Nawawi, Abu Zakaria. Hadis Arbain An Nawawi.

al Huwaiti, Sayyid bin Ibrahim. Syarh Arbain an-Nawawi. (Daarul Haq: Jakarta, 2006)

al-Hanbali, Ibnu Rajab. Jami’ Ulum wal Hikam. (Daar el Fikri: Bairut. 2002)

Abulhusain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy an-Naisabury. Shahih Muslim.
(Daarul Afaq al-Jadidah: Bairut)

Abu Abdillah Al Bukhari. Al Jami’ as-Shahi al-Mukhatashar. (Daar ibn Katsir: Bairut. 1987)

al-Ashfahani, Raghib. Mufradat fi Gharibil Qur’an. (Daar el Miftah: Libanon)

al-Ashfahani, Raghib. Mu’jam Mufahras Lima’anil Qur’an. (Daar el Fikri: Syuriah, 1416) Jilid 2

Abu Saadah al-Mubarak, Mujiddin. Jamiil Ushul fi Ahadisi Rasul. Maktabah Daar al Bayan, Juz 1



Makalah ini dipresentasikan di Fakultas Ushuluddin III Institut PTIQ Jakarta

Tidak ada komentar: