2/26/2010

MAULID BULAN HARAPAN

Zakaria Anshori
Redaktur Majalah Risalah NU

Nun jauh disana telah lahir seorang laki-laki sang panutan umat, yang membawa harapan bagi seluruh makhluk, hadir disaat situasi moral manusia carut-marut, disaat ekonomi bangsa Arab tercemar oleh kondisi social dan prilaku mereka, beliau hadir dengan penuh pengakuan dari segenap lapisan manusia dengan gelar al amin (yang terpercaya).

Pada 12 Rabiul Awwal bertepatan dengan 20 April 571 M, terlihat pancaran cahaya di salah satu sudut kota Mekkah, gemuruh shalawat terdengar dari berbagai pelosok, sambutan suka cita mengiringinya hingga terlahirlah seorang Nabi akhiruz zaman pembawa risalah ilahiyah sebagai panutan hidup manusia di muka bumi.

Dia adalah Muhammad bin Abdulah bin Abdul Muthallib (namanya Syaibah) bin Hasyim (namanya Amru) bin Abdi Manaf (namanya Mughirah) bin Qushai (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadzhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mu’id bin Adnan. Mereka adalah tokoh-tokoh kharismatik Quraisy dari keturunan Ismail bin Ibrahim as.

Berbagai kejadian luar biasa turut menghiasi kelahirannya. Kegagalan pasukan Gajah yang dipimpin raja Abrahah dalam penyerangan Ka’bah, empat belas tembok tinggi istana Kisra (maharaja Persia) runtuh dan api sesembahan orang-orang majusi yang sudah bertahun-tahun tidak padam mendadak padam.

Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian, yang baik bagi orang yang selalu mengharapkan rahmat Allah dan hari akhirat, dan dia banyak menyebut Allah (al Ahzab: 21). Dengan gambaran ayat tersebut, Rasulullah saw. merupakan manusia biasa, berhiaskan akhlak sempurna, sang penyejuk suasana yang mendamaikan hati yang sedang gundah-gulana.

Kebiadaban dan kekejaman bangsa jahiliyah menjadi tantangan utama Rasulullah saw. ancaman datang bertubi-tubi, kejahatan marak di mana-mana, orang tua berlaku zina dengan anaknya, guru sodomi murid, orang tua bunuh anak, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya. Prilaku jahiliyah ini sudah menjadi santapan menu harian yang tidak bisa lepas dari kehidupan.

Harapan kini telah tiba, Muhammad sang pemberani datang dengan membawa suatu seruan yang bertentangan 180 derajat dari kehidupan mereka. Dakwahnya tidak hanya menyerukan dan mengenal agama, akan tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan. Aspek social, ekonomi, politik dan keluarga.

Tiga belas tahun lamanya Rasulullah bagai hidup di mulut harimau, tetapi sang harimau tak mampu menancapkan taring-taringnya untuk melukai beliau. Setelah itu selama satu dasawarsa di Madinah, sang harimau masih terus mengintai dan beberapa kali mencoba menerkam. Namun baik di Mekkah maupun di Madinah, dengan akalnya yang gemilang, strategi yang tepat, perencanaan yang baik, didukung pula oleh sikap sabar dan lapang dada beliau,sang harimau justru terjaring dalam perangkap.

Kesuksesan yang sempurna ini tidak lain dari keadaan pribadi Rasulullah. Ibadahnya kepada Allah, sikap zuhud, tawadhu, kebajikan dan kasih sayang, semua menjadi satu bagaikan untaian permata yang indah.

Bulan Maulid adalah momentum kita dalam mencontoh peribadi yang paripurna, pribadi yang selalu mengedepankan kebijakan diatas kebajikan, insan yang berkpribadian unggul, berakhlak pilihan dan bertingkah laku istimewa. Itulah akhla al Qur’an. Oleh karenanya jika kita mengikuti jejak langkah Rasulullah saw. maka akan melahirkan peradaban baru. Akan tetapi jika kita menolak dan bertentangan dengan risalah ilahiyah yang dibawakan Rasulullah, maka tunggu saatnya lahir manusia-manusia biadab yang akan merusak tatanan kehidupan di muka bumi baik materil maupun moril. Wallahu a’lam