1/26/2009

Keajaiban Sabar

Sering kali saat kita tengah terkena kesusahan atau musibah, banyak teman, atau keluarga meminta kita untuk bersabar. Bagi sebagian orang yang sudah memiliki ilmu tentang sabar, tentu bersabar bukan suatu hal yang sulit untuk mereka lakukan. tapi bagaimana dengan orang yang belum mengerti tentang esensi dari bersabar, apa yang harus kita lakukan sehingga kita bisa sabar dan apa itu sabar?.

Sabar merupakan kunci kebahagiaan seorang hamba, karena dengan kesabaran seorang hamba dapat menikmati hal yang sedang dihadapinya. Para ulama memberikan pengertian sabar dengan berbeda-beda, namun pada intinya sama yaitu merujuk pada firman Allah yang berbunyi :

وَاَمّاَ مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَ نَهى النَّفْسَ عَنِ الهَوىَ , فَاِنَّ الجَنَّةَ هِيَ المَأوَى

“Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal merka.”
(QS. An-Naaziat:41)


Sabar bukan berarti kita berhenti dan pasrah pada nasib, sabar adalah kegigihan kita untuk tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah, yaitu ketetapan hati dalam menerima ketentuan Allah, karena apapun yang menimpa kita adalah ketentuannya. Jadi kesabaran itu adalah proses pro aktif yang berkolaborasi antara ridlo (rela menerima takdir Allah) dan ikhtiar (mencari solusi).

Kesabaran bukan sikap diam dan pasif, melainkan sikap aktif dari seluruh tubuh yang kita miliki baik itu bersifat rohani yang meliputi hati dan akal, ataupun jasmani yang meliputi bagian tubuh yang nampak dari luar. Maka dengan adanya sabar, akan melahirkan potensi spiritual yang diyakini sebagai pantulan sifat-sifat unggulan yang terpancar dari nama-nama Allah (asmaul husna) yaitu ash shabuur, yang terpantul melalui ruh yang ditiupkan pada setiap manusia. Selain itu juga sabar memberikan kesempata kepada seseorang untuk selalu berfikir secara jernih dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

Patut diketahui bahwa hidup ini merupakan proses perpindahan dari satu cobaan ke cobaan lain. Cobaan atau ujian tidak sesalu identik dengan kesusahan atau hal-hal yang tidak menyenangkan hati, tapi juga cobaan bisa berupa kemudahan atau kesuksesan seorang hamba yang pada akhirnya jauh dan lupa pada sang kholik yang menciptakan kita untuk selalu bersyukur terhadap apa yang ia berikan kepada kita. Seperti halnya Tsa’labah seorang sahabat miskin yang taat beribadah disaat miskinnya akan tetapi dia tidak sabar dalam kemiskinannya. Tsa’labah selalu meminta kepada Rosulullah saw. untuk selalu didoakan agar keluar dari kemiskinannya, namun rasulullah selalu menolaknya. Tapi karena desakan Tsa’labah yang terus menerus meminta kepada rasul dan berjanji akan menginfakkan sebagian hartanya, akhirnya Rasulullah saw. mendoakannya dan memberinya sepasang kambing untuk dijadikan sebagai modal usahanya. Namun yang terjadi setelah kaya adalah bertolak belakang dengan janjinya, sehingga Allah mengutuknya dengan menghancurkan seluruh hartanya yang tidak mau bersyukur tarhadap apa yang dikaruniakan kepadanya.

Sifat sabar seperti halnya orang yang minum jamu untuk kebugaran, pada awalnya ia memang pahit dan getir. Tapi pada akhirnya ia akan memberikan hasil yang memuaskan terhadap tubuh yang tadinya lemas dan lelah berubah menjadi segar bugar. Begitu juga sabar pada akhirnya dia akan menemukan sebuah kenikmatan hati yang tiada bandingannya dan memberikan hasil yang gemilau. Oleh karena itu jika kita ingin menikmati hidup, kita harus menikmati setiap kejadian yang menimpa kita dengan berbaik sangka kepada Allah, dengan selalu bersyukur terhadap apa yang di berikan kepada kita, dan selalu bersabar terhadap musibah yang menimpa kita. Maka tidak ada yang perlu kita takuti dalam hidup ini, kecuali kita tidak punya rasa syukur dan tidak bisa bersabar dalam menjalani kehidupan.

dimuat di: Buletin DZULFIKAR edisi Februari