6/16/2009

Indonesia, Antara Harapan dan Impian

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak dibawah garis khatulistiwa, letak geografis yang strategis ini dapat mempengaruhi pada kondisi daratan maupun lautan. Keberadaan indonesia ini dipandang oleh negara-negara di dunia sebagai negara penyumbang oksigen terbesar di dunia. Tapi kini tinggal cerita.

Saat ini pulau Kalimantan yang disebut sebagai paru-paru dunia sudah tiada lagi. Eksploitasi hutan secara besar-besaran yang dilakukan oleh kaum pribumi yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan dan hampanya spritual, yang akhirnya menjadikan pulau tersebu gersang dan bahkan flora dan pauna yang di merupakan kekayaan asli pulau tersebut sudah punah entah kemana.

Kekayaan Indonesia bukan hanya dari hasil alamnya yang melimpah, melainkan aneka budaya yang menjadikan daya tarik negara asing untuk mempelajari keberagaman yang dimiliki Indonesia. Namun jangan senang dulu, sudah banyak kasus kekayaan budaya kita dipatenkan oleh negara asing. Misalnya bahan makanan yang berasal dari jenis jamur seperti tempe yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa leluhur kita dipatenkan oleh negara Jepang sebagai bagian dari hasil kebudayaan mereka. Belum lama tari Reog Ponorogo yang merupakan kekayaan masyarakat Ponorogo, dipatenkan oleh negeri Jiran sebagai hasil kreasi mereka.

Ada sebuah kejutan yang datang dari negara tetangga, entah ini berupa kabar gembira atau musibah yang melanda negeri kita yang datang secara diam-diam. Dalam salah satu surat kabar online yang terbit pada Minggu, 14 Juni 2009 /11:54 WIB disebutkan bahwa ratusan sekolah dasar di Singapura dan Malaysia memiliki dan mempelajari alat musik tradisional asal Indonesia, yakni angklung dan gamelan. Lebih dari itu sekitar 175 sekolah dasar negeri di negeri tersebut menyimpan alat musik asal jawa itu, bahkan dijadikan sebagai mata pelajaran muatan local.

Bagi saya, ini menjadikan sebuah kekhawatiran bagi bangsa ini yang terus dilecehkan oleh orang asing yang telah jauh melangkah kedepan. Sudah terlalu banyak kasus yang melanda negeri kita akibat kecerobohan dan sikap cuek terhadap prilaku negara tetangga yang terus menggerogoti dan melecehkan martabat bangsa ini. Dan ini seharusnya dijadikan sebuah i’tibar dan menggugah kesadaran kita yang terlalu lama tertidur lelap, sehingga mereka yang sudah lama bangun dengan tenangnya menghipnotis dan membius bangsa ini yang akhirnya mereka mengambil alih posisi kita sebagai bangsa yang mempunyai kekayaan yang melimpah, kebudayaan yang beragam, dan potensi-potensi lainnya yang masih dijadikan sebagai alat untuk menghancurkan kedaulatan bangsa.

Disaat para elit politik sedang sibuk dengan pekerjaannya terkait pilpres delapan Juli nanti, kini seluruh rakyat Indonesia diuji untuk memilih pemimpin yang akan menentukan nasib bangsa kedepannya. Sudah saatnya kita menjadi negara yang bangga dengan bangsanya, memanfaatkan kekayaan yang dimiliki, menjadikan keberagama dan kebersamaan sebagai modal untuk mempererat tali persaudaraan. Atas dasar itulah kita mampu menjadi bangsa yang mandiri tanpa adanya ketergantungan kepada pihak asing yang akhirnya akan menyengsarakan.

Tidak ada komentar: