11/19/2008

Agama dan Manusia

PENDAHULUAN

Puji dan syukur dengan tulus kami sembahkan ke hadirat Allah Swt. Dialah tuhan yang menurunkan agama melalui wahyu yang di sembakan kepada Rasul pilihannya, Muhammad Saw. Melalui agama ini terbentang luas jalan lurus yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk junjungan kita nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan dirinya upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Agama yang di sampaikan oleh Allah kepada Rasulnya, Muhammad Saw. Kini telah berusia hampir lima belas abad lamanya, dan kian hari semakin dibutuhkan oleh ummat manusia di dunia yang mendambakan kehidupan yang tertib, aman, dan damai.
Namun, bersamaan dengan itu pada setiap pundak kaum Muslimin terdapat tugas suci untuk menyampaikan risalah Muhammad Saw itu kepada generasi berikutnya hingga akhir zaman.
Banyak fakta dan cerita yang menimpa para ilmuwan dunia, mereka begitu terkenal dengan hasil temuannya sehingga namanya harum sampai seluruh jagat raya. Tetapi semua itu tidak dapat mengantarkan mereka ke kehidupan yang penuh kedamaian dan ketentraman di dalam hatinya, dan mereka membutuhkan sebuah pemandu untuk menuju kehidupannya yang lebih nyaman yaitu agama.
Di dalam makalah yang sederhana ini kami akan menjelaskan bagaimana hubungan agama dengan manusia, pengertian agama dan macam-macamnya, hakikat kejadian manusia, tujuan pokok ajaran islam, dan mengapa manusia perlu agama?.
Namun demikian di sadari atau tidak, kami sebagai tim penyusun makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi, penjelasan, dan yang lainnya. Untuk itu kami harapkan kritik dan sarannya dari para pembaca atau pun dari dosen study sebagai pembimbing kami guna memperbaiki apa yang kurang dari hasil karya tulis ini.

PENJELASAN

A. Pengertian Agama dan Macam-macamnya
Dalam mengartikan sebuah kata atau kalimat terlepas dari dua sisi, yaitu sisi kebahasaan (etimologis) dan sisi istilah (terminologis). Banyak sekali perbedaan dalam mendefinisikan agama, karena kata agama merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak makna tergantung dari sisi mana orang memandangnya. Seorang ilmuwan W.H. Clark mengatakan bahwa tidak ada kata kata yang lebih sukar dari pada mencari kata kata yang dapat di gunakan untuk membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah subjektif, intern, dan individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dengan orang lain. Di samping itu tampak bahwa pada umumnya orang lebih condong kepada mengaku beragama, sekalipun ia tidak menjalankannya .
Harun Nasution mengatakan bahwa agama di dalam islam juga di sebut din yang di ambil dari bahasa Arab, dan religi dari bahasa eropa. Menurutnya, kata agama berasal dari bahasa Sankrit, yang tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, diam di tempat, diwarisi secara turun temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada juga yang berpendapat bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama memang mempunyai kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya kata din dalam bahasa Sankit berartai hukum atau undang-undang. Dalam bahasa arab kata ini berarti menguasai, patuh, menundukkan, utang, balasan dan kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama yang penuh dengan peraturan-peraturan yang harus di patuhi oleh penganutnya masing masing. Dan agama juga menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada tuhan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segalan larangannya. Kemudian ada balasan bagi seorang yang berbuat kebaikan akan dibalas dengan kebaikannya dan pahalah, begitu juga yang berbuat keburukan akan dibalas dengan keburukan dan dosa.
Adapun kata religi dari bahasa Latin, yang berasal dari kata relegere yang berarti mengumpulkan dan membaca. Pengertian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara cara mengabdi kepada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus di baca. Dalam pendapat lain juga mengatakan bahwa kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran ajaran agama juga sangat mengikat antar manusia, dan juga manusia dengan tuhannya.
Dari sekian banyaknya definisi yang saling berhubungan antara satu denga lainnya, Harun Nasution mengambil intisari dari dari istilah-istilah tersebut dengan kata ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia, yang mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari diri manusia, suatu kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap oleh panca indra .
Pengertian agama dari segi terminologi, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diartikan sebagai berikut: 1). Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus di patuhi; 2). Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3). Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia; 4). Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu; 5). Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib; 6). Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang di yakini bersumber pada suatu kekuatan gaib; 7). Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yan terdapat dalam alam sekitar manusia; 8). Ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan dalam unsur karekteristik sebuah agama diantaranya :
• Unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib
• Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan baik pula dengan kekuatan gaib.
• Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia
• Unsur adanya yang kudus atau suci, dalam kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran ajaran agama yang bersangkutan, tempat tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi, dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di duniadan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Pada dasarnya agama dapat di kategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu agama samawi (agama langit) dan agama ardi (agama bumi). Agama samawi adalah agama yang diwahyukan oleh Tuhan, sedangkan agama ardi adalah agama hasil pemikiran manusia. Agama samawi disebut pula ”agama wahyu” dan agama ardi disebut pula ”agama alamiah”. Umumnya kaum muslim memandang bahwa agama samawi adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Adapun agama ardi meliputi antara lain Hindu, Buddha, Konfusianisme (konghucu), dan Taoisme .

Hakikat Kejadian Manusia
Ada beberapa hal yang dapat melatar belakangi manusia di ciptakan di muka bumi ini yaitu sebagai kholifah dan untuk beribadah kepada sang pencipta.
Manusia Sebagai Kholifah di Muka Bumi
Manusia di ciptakan Allah sebagai makhluk yang mempunyai akal, maka dari itu manusia di tugaskan untuk memimpin alam ini. Kenyamanan dan kerusakan di alam ini tergantung kepada yang memimpinnya. Secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan. Sebagai Kholifah Allah di bumi ummat manusia diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini agar menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridloi Allah.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai kholifah di bumi, manusia tidak begitu saja berprilaku bebas tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan yang telah ditetapkan dan tujuan pokok yang harus di tuju. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah ad Zariat ayat 56, yang intinya untuk beribadah kepada Allah. Jadi, segala perbuatan dan tingkah lakumanisa dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun, hidup di bumi ini harus di arahkan untuk mengabdi semata karena Allah.
Dalam menjalani kehidupannya, manusia membutuhkan seorang pembimbing agar menempuh jalan yang diridloi oleh sang kholiknya. Maka Allah SWT menciptakan para nabi sebagai manusia pilihan yang di tugaskan untuk memimpin ummatnya. Di antara nabi-nabi itu ada yang di bekali kitab suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang di utus oleh Allah dengan kitab sucinya Al Quran sebagi pedoman hidup manusia hingga akhir nanti.
Manusia Diciptakan untuk Beribadah Kepadanya
Di dalam al Quran Surah Addzariat ayat 56 di jelaskan, bahwa tidak lah Allah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepadanya.Berkata Al Imam Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : “Bahawasanya Allah ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah hanya kepadaNya saja tidak ada sekutu bagiNya. Barangsiapa mentaatiNya maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barngsiapa yang durhaka (menentang) kepadaNya maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat dahsyat. Dan Allah memberitakan bahwanya Dia tidak butuh kepada makhukNya bahkan merekalah yang butuh kepadaNya dan Dialah Yang menciptakan dan Yang memberi rizki mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk untuk ibadah kepadaNya. Dan ini konsekwensi akal yang sehat. Karena tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dzat Yang mampu dalam mencipta dan memberi rizki.

Mengapa Manusia Perlu Agama
Setidaknya ada empat macam yang dapat melatarbelakangi manusia memerlukan agama, yaitu :

Latar Belakang Fitrah
Dalam sebuah kisah disaat para sahabat berbicara tentang para nabi, Imam Ali as. mengatakan bahwa mereka di utus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjuan yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan di tuntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat di atas kertas, tidak pula di ucapkan oleh lidah, melainkan terukir dengan pena ciptaan Allah di permukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan di atas permukaan hati nurani serta di kedalaman perasaan bathiniah.
Fitrah keagamaan yang ada di dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut sesuai dengan fitrah manusia. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi :

فَأَقِمْ وَجْحَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فَطْرَتَ اللهِ الَّتيِ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Maka luruskanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu. (Al-Rum :30).
Adanya fitrah di dalam diri manusia itu sendiri dapat pula di analisi dari kata insan yang di gunakan al Quran menunjukkan manusia. Musa Al Asyari menyimpulkan bahwa insan adalah sifat manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak di ketahuinya, dan merupakan mahluk yang sempurna bentuk di banding dengan makhluk lainnya yang dikaruniai dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan.
Selain itu juga, bahwa manusia beragama berdasarkan fitrahnya mengacu pada Surah Al-A’raf :

وإذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشهدهم على انفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا ان تقولوا يوم القيمة إناكنا عن هذا غفلين
Dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): bukankah akuini tuhanmu?, mereka menjawab : betul (engkau adalah tuhan kami), kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu)agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al A’raf : 172)

Kelemahan dan Kekurangan
Selain menjadi makhluk yang paling sempurna, manusia juga mempunyai kelemahan dan kekurangan, hal ini dapat di lihat dari kata al-nafs yang dapat di tafsirkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna yan berfungsi menampung serta mendorong untuk berbuat kebaikan dan keburukan, seperti yang tercantum dalam ayat :
ونفس وما سواها ۝ فالهمها فجورها وتقواها
Demi nafas serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketakwaan. (QS. Al-Syams 7-8)
Karena itu manusia dituntut agar memelihara kesucian nafs, dan tidak mengotorinya. Untuk menjaga kesucian nafs ini manusia harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan bimbingan agama, dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap agama.

Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam yang berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, maupun tantangan dari luar yang berupa rekayasa dan upaya upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.

Tujuan Pokok Ajaran Islam

Islam Rahmatan Lil Alamin
Ajaran islam Rahmatan Lil Alamin sebenarnya bukan hal yang baru, dasarnya sudah kuat dalam al Quran dan al Hadis, bahkan telah banyak di implementasikan dalam sejarah islam, baik pada abad klasik maupun abad pertengahan. Secara etimologis, islam berati damai sedangkan rahmatan lil alamin berarti kasihsayang bagi seluruh alam. Jadi yang di maksud islam Rahmatan Lil Alamin adalah islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan rahmat dan kasih sayang bagi manusia maupun alam lainnya.
Rahmatan lil Alamin adalah istilah al Quran yang di ambil dari surat al Anbiya : 107 yang berbunyi :

وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat
bagi seluruh alam”
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau islam di berlakukan secara benar dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang islam maupun untuk seluruh alam. Rahmat adalah kurnia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi 2; rahmat dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rohim. Rahmat dalam konteks rahman bersifat amalu kulli syai’, meliputi segala hal, sehingga orang orang ninmuslim un mempunyai hak kerahmanan. Dan Rahim adalah kerahmatan Alah yang hanya diberikan kepada orang islam. Jadi rahim itu adalah khusus bagi orang islam. Apabila islam di lakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Dengan eemikian berlaku hukum sunnatullah baik muslim maupun nin muslim kalau mereka melakukan hal hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkannya .
Kalaupun orang islam, tetapi dia tidak melakukan ikhtiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan haislnya. Dengan kata lain, kurnia rahman ini berlaku hukum kompetetif. Misalnya, orang islam yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan tak akan menjadi makmur. Sementara orang yang melakukan ikhitar kerahmana kendati meraka non muslim, maka mereka akan mendapat kemakmuran dalam ekonomi, karena mereka mendapat kerahmanan Allah yang bersifat universal.
Islam dan Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Dalam konteks sosial islam tidak lupa memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. Dapat dikatakan, Islam adalah agama yang paling banyak memberikan perhatian terhadap keseimbangan antar pelbagai kekuatan yang berbeda dalam masyarakat, dan terhadap upaya membangun umat yang kuat, yang tidak memiliki celah-celah kelemahan. Anda akan dapati bahwa Islam amat memberikan perhatian dalam masalah pengaturan kehidupan material manusia, lebih dari yang diberikan oleh aliran-aliran ekonomi; ia juga memberikan perhatian dalam masalah meluruskan moral masyarakat, lebih dari perhatian yang diberikan oleh aliran-aliran moral yang ada di dunia ini; demikian juga Islam amat memperhatikan masalah penyucian ruhani dan pembersihan jiwa, lebih dari perhatian yang diberikan oleh agama-agama ruhani (gnostis). Islam menyeleraskan semua dimensi tadi dengan baik, sehingga Anda akan mendapati Muslim yang sejati tampil kuat dalam seluruh dimensi kehidupannya : kuat ruhaninya, kuat akhlaknya, kuat pisiknya, dan kuat dalam seluruh bidang kehidupan. Alangkah agungnya sabda Rasulullah Saw berikut ini: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWt daripada Mukmin yang lemah." (HR. Muslim)
Tidak dipungkiri lagi, saat ini kita mengalami banyak penyakit sosial yang akut. Yang keberadaannya menyebabkan umat ini tidak mungkin dapat meraih kebangkitannya, dan tidak dapat berjalan dengan baik. Penyakit sosial kita itu berbeda-beda bentuknya, baik dalam lingkup individu, keluarga maupun masyarakat. Penyakit itu melanda semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun kalangan awam, yang tua maupun yang muda, orang kota maupun penduduk pedesaan. Dalam bidang ekonomi islam telah lama menyebutkan dalam al Quran dengan konsef syariah nya, dan hal itu baru di temukan manfaatnya di akhir akhir ini. Bank bank atau lembaga keuangan lainnya yang menganut faham syariah terbukti tidak goyang yang di akibatkan oleh krisis ekonomi global yang sekarang ini sedang melanda dunia.
Islam dalam Memecahkan Masalah Ummat
Dalam memecahkan sebuah masalah, islam telah mengajarkan kita untuk selalu bermusyawarah dalam setiap tindakan. Musyawarah dapat di artikan mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya di gunakan untuk hal hal yang baik saja, sejalan dengan makna awal musyawarah berarti mengeluarkan madu dari sarang lebah. Jika demikian yang bermusyawarah bagaikan lebah. Lebah merupakan makhluk yang sangat disiplin, kerjasama, masukannya bagus dan keluarnyapun bagus dan mengagumkan. Dia tidak pernah mengganggu kecuali diganggu, begitupun musyawarah tidak ada kekacauan kecuali ada yang mengacaukan.
Allah berfirman dalam Surat Al Baqoroh: 233

فان ارادا فصالا عن تراض منهما وتشاور فلاجناح عليهما
“Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antar mereka, maka tidak ada dosa atas keduanya”
Ayat tersebut membicarakan bagaimana seharusnya hubungan suami istri saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tanga dan anak anak, seperti menapih anak. Pada ayat di atas, Al Quran memberi petunjuk agar persoalan itu (dan juga persoalan persoalan rumah tangga lainnya) dimusyawarahkan antara keduanya.
Memang amat sulit jika rincian suatu persoalan yang di terapkan pada suatu masa atau masyarakat tertentu dengan ciri kondisi sosial budayanya, harus di terapkan pula dengan rincian yang sama untuk masyarakat lain, baik di tempat yang sama pada masa yan berbeda, apabila di tempat yang lain pada masa yang berlainan. Musyawarah atau demokrasi adalah contohnya. Karena itu pula petunjuk kitab suci al Quran mengyangkut hal ini amat singkat dan hanya mengandung perinsip perinsip umunya saja.
Islam mengajarkan kita bagaimana bermusyawarah dengan baik, dalam Al Quran surah Ali Imron di sebutkan bahwa : (1) bersikap yang lemah lembut. Di dalam musyawarah di wajibkan bersikap lemah lembut apalagi bertindak sebagai pimpinan, harus menghindari kata kata yang kasar serta bersikap keras kepala. (2) memberi manfaat dan membuka lembaran baru. Dalam hal ini di sebutkan dengan kalimat fa’fu ‘anhum (maafkanlah mereka). Memaafkan adalah menghapus bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinilai tidak wajar.
Kemudian orang yang bermusyawarah harus menyadari bahwa kecerahan atau ketajaman analisis saja tidak cukup. Jadi kita masih membutuhkan sesuatu di samping akal. Terserah apa di sebutnya namun kebanyakan orang menyebutnya indera keenam, atau bisikan atau gerakan hati, atau juga di sebut ilham. Kerjanya sesuatu itu tidak begitu jelas karena datang secara tiba tiba dan mencampakkan informasi yang di duga kebetulan oleh sebagian orang. Biasanya orang yang di datangi sesuatu itu bersifat bersih hatinya dan dihiasi dengan kesucian jiwanya, karena Alla tidak akan memberi hidayah kepada orang yang berlaku Aniaya (QS. Al Baqarah : 258).

KESIMPULAN
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi, dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di duniadan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. Agama dapat di kelompokan menjadi 2 macam yaitu agama samawi dan agama ardi. Agama samawi adalah agama yang di wahyukan oleh tuhan adapun agama ardi ialah agama hasil pemikiran manusia.
Agama sangat di perlukan sekali oleh manusia karena beberapa faktor diantaranya: karena adanya fitrah, adanya kekurangan dan kelebihan di dalam diri manusia. Senantiasa dalam perjalanan kehidupannya manusia dihadapkan dengan halangan dan rintangan.
Manusia diciptakan sebagai hayawan an natik yang dikarunia Allah akal untuk di gunakan dalam menjalani tugas hidupnya sebagai kholifah di muka bumi ini. Selain itu juga manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah sang pencipta segalanya.
Dalam keseharian agama islam sangat memperhatikan sekali, demi tercapainya segala apa yang dicita citakan oleh manusia, kedamaian jiwa dan raga, ketenangan dan juga kesejahteraan. juga islam tidak meninggalkan hal-hal yang merupakan sebuah pemecahan masalah yang ada di masyarakat yaitu dengan cara bermusyawarah. Musyawarah merupakan cara yang sangat efektif yang di ajarkan islam sebagaimana yang tercatat dalam Al Quran Al Karim.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press,1974)

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2008)

Shihab, Quraish. Wawasan Al Quran, (Jakarta : Penerbit Mizan, 1997)

http://abasalma.wordpress.com/2007/07/23/apa-tujuan-diciptakannya-jin-dan-manusia/

Tidak ada komentar: