10/04/2009

Bencana dalam Persepsi Sosial

Jauh sebelum Padang diguncang yang berkekuatan 7,6 SR, begitu banyak bencana melanda bumi pertiwi ini. Kebakaran hutan yang tidak kunjung padam di Kalimantan, gempa Jawa Barat yang berkekuatan 7,3 SR dengan menelan korban yang tidak sedikit, kebakaran yang melanda pasar dan pemukiman penduduk dalam sehari bisa mencapai tiga kali di tempat yang berbeda, lumpur lapindo, longsor, banjir, dll.

Beda kepala beda pemikiran, itulah yang terjadi sekarang. Ada yang menyangka bahwa bencana ini akibat dari sistem birokrasi pemerintah yang tidak sehat, ada yang mempersepsikan ini akibat kekhawatiran negara barat akan kemajuan negara islam dan itu terbanyak di Indonesia, sehingga mereka melakukan pengeboman secara rahasia di bawah tanah atau di dasar laut, kaum akademisi mengatakan gempa ini terjadi karena keberadaan negara Indonesia berada antara empat pertemuan lempengan, masyarakat yang menganut faham mistis berpendapat ini diakibatkan oleh diangkatnya kembali SBY sebagai presiden Indonesia, hal ini dilihat dari sejak awal SBY menjabat sebagai presiden yang dimulai dengan bencana tsunami 2004, dan yang lebih singkat yang mengatakan bencana ini merupakan musibah dan hanya dijawab dengan jawaban yang singkat pula yaitu bersabar dan berdoa.

Saya diingatkan oleh salah seorang teman sekampus saya melalui pesan singkat (SMS) untuk mengkaji ayat al Quran dari ayat dan surat yang berbeda, dalam pengertian lain bisa dijadikan sebagai sebuah referensi dasar dari semua bencana alam khususnya gempa yang baru-baru ini melanda Sumatera Barat dan sekitarnya. Isi SMS tersebut intinya sebagai berikut ---“gempa di Padang terjadi pd pkl 17.16, coba lihat (QS Al Isra(17):16), dan pd tgl 30 bln 9, lihat surat Ar Rum(30):9, kemudian gempa susulan terjadi pd pkl 17:38, lihat QS Al Isra(17) ayat 38, gempa Jambi terjadi pd pkul 08:52, coba lihat QS Al Anfal(8): 52.” ---

Dalam tulisan ini saya tidak terlalu terfokus pada apa yang disampaikan oleh SMS tersebut, namun ada sebuah benang merah yang bisa saya simak dari sekian banyak firman Allah tersebut. Dalam QS Al Isra: 15-16 dijelaskan bahwa segala sesutu perbuatan akibatnya akan kembali pada dirinya sendiri. Tapi dalam ayat selanjutnya Allah mengingatkan kita agar jangan terlalu terlena dengan keberadaan dunia sehingga lupa terhadap apa yang harus dilakukan untuk bekal di akhirat nanti. Dan barangsiapa yang melanggar atas apa yang telah Allah perintahkan maka tunggulah kebinasaan sebagaimana Allah telah membinasakan kaum sesudah Nuh.

Kita diperingatkan pula oleh Qs Ar-rum:9. Sebagai makhluk yang berakal manusia dituntut untuk memperlakukan alam secara baik, dan itu telah dilakukan oleh orang sebelum kita dan mereka sendirilah yang merusak. Hal ini terulang kembali dimasa kini dalam kondisi yang lebih parah. Teringat setelah gempa di Padang di negara lain juga terdapat bencana seperti gempa dan tsunami di Samoa yang menjadi negara bagian AS, topan parma di Filipina, banjir bandang di India, dll. (koran Sindo 05/10/19). Selain itu pada akhir 2008 di negara kita sempat diadakan sebuah konferensi dunia yang membahas masalah global warming yang merupakan agenda dunia untuk kembali mengolah dan memelihara dunia secara baik dan bijak.

Apapun yang terjadi yang pasti pada akhirnya banyak hikmah yang harus diambil dari sekian banyak bencana negeri kita pada khususnya. Di antaranya Allah memberikan penjelasan kepada makhluknya yang berakal melalui wahyunya yang disampaikan melalui rasulnya Muhammad yang kemudia tertulis dalam suatu mushaf yaitu Al Quran, terdapat dalam Qs Al Isra: 26-28 dengan selalu berbagi terhadap sesama dan memperhatikan hak-hak mereka yang membutuhkan.

Dalam kesempatan ini saya berharap kepada semua sahabat untuk bersama-sama menyimak pesan singkat itu, atas apa yang Allah sampaikan melalui firmannya yang tertulis dalam al Quran al Karim. Semoga kita termasuk pada orang-orang yang berfikir.